Perkembangan PNF di
Kecamatan larangan kabupaten Brebes jawa tengah
Berdasarkan observasi
yang sudah dilakukan, kecamatan larangan mempunyai banyak lembaga
pendidikan non formal baik berupa PKBM maupun lembaga kursus.
Untuk penilik PNF sewajarnya mempunyai 3 penilik, tetapi karena
keterbatasan sumber daya manusia, sehingga kecamatan larangan hanya memiliki 2
penilik. Salah satu yang saya wawancarai adalah Bapak Agus imam,
lulus dari sekolah pendidikan guru, berasal dari
desa Ketanggungan, mempunyai tiga anak dan satu istri, beliau mulai
bergelut dengan dunia PLS dari tahun 1990. Awal nya pak Agus sebagai
pengajar kaum-kaum terpinggirkan , menurut beliau perjuangan untuk mencerdaskan
masyarakat larangan sangat lah sulit, banyak suka dan duka yang dihadapi nya.
Duka nya adalah
kesadaran masyarakat yang pada watu itu belum mementingkan pendidikan, banyak
warga yang hanya lulus SD. Untuk mensukseskan program pemerintah wajib
belajar 9 tahun jadi pak agus terus mendorong warga untuk mengikuti program
pembelajaran yang di rancang nya. Pak agus pun terkadang lelah dalam
perjalanan menuju lokasi mengajarnya, karena di kecamatan larangan banyak
desa-desa terpencil yang sulit di jangkau atau terpelosok, di desa tersebutlah
banyak masyarakat yang belum memperoleh pendidikan yang cukup baik. Banyak dari
siswa nya yang sudah berumur sehingga butuh kesabaran lebih dalam mengajar,
untuk mengajarkan pengetahuan kepada siswanya pak Agus mempunyai beberapa cara
khusus diantara nya, memberikan hadiah pada siswanya yang bisa menerima
pelajaran dengan baik, Karena dengan hal itu siswanya lebih termotivasi. Dalam
memcara tutor pun sangat sulit, jarang orang yang tertarik pada dunia PLS dengan
alasan minim penghasilan, jadi terkadang pak Agus menjadi seorang pengajar yang
mengetahui banyak hal. Menurut pak Agus dunia yang PLS hanya membutuhkan rasa
ikhlas dan kesabaran yang tinggi. Kesabaran akan memunculkan ketulusan,
seseorang yang diberi kutulusan akan merasakannya , sehingga hal
tersebut dapat memudahkan dalam proses mengajak masyarakat untuk belajar dalam
rangka memcerdaskan masyarakat.
Suka
nya saat melakukan hal yang berlangsung dalam dunia PLS adalah pak
Agus berlatih untuk ikhlas dan sabar, dari rasa tersebut banyak
sekali barokah yang didapatkannya, walau pun dia hanya memperoleh penghasilan
yang sedikit dari dunia PLS tetapi rezeki mengalir dengan indahnya, pak Agus
tidak pernah merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nya dan keluarga nya.
Bahkan anak pertama nya bisa kuliah di UGM jurusan kimia dan ketika lulus
langsung mendapat pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, serta anak kedua nya
bisa sekolah di SMA yang terbaik di BREBES. Pak Agus meyakini bahwa hal
tersebut adalah balasan dari Allah swt karena perbuatannya yang ikhlas membantu
masyarakat. Dan disitu lah saya di beri saran beliea untuk ikhlas bergelut
dengan masyarakat marginal yang akan dihadap ketika lulus nanti.
1.2 pendidikan non
formal di kecamatan Larangan
Pada awal tahun 2000
pak Agus masuk menjadi pegawai di UPTD kecamatan Larangan sebagai penilik PLS,
saat itu hanya ada 3 PAUD dan 5 lembaga, pak Agus sangat kecewa dengan keadaan
ini, menurut beliau sangat miris, maka dari itu pak Agus mengajukan beberapa PKBM
dan lembaga kursus. Dengan kerja keras akhir nya sampai saat ini sudah ada 20
PAUD dan 5 PKBM, serta semakin banyak lembaga kursus yang sudah berkeembang
dengan baik. Ada PKBM yang di kelola oleh pak agus
sendiri yaitu PKBM melati.
Factor yang mempengaruhi
banyak nya PLS di kec Larangan :
a. Aspek
kebutuhan terhadap pendidikan
Kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan tidak hanya pada masyarakat daerah perkotaan,
melainkanmasyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul
terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan politik.
Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat kebodohan,
keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki
suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan
inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang
bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.
b. Keterbatasan lembaga
pendidikan sekolah
Lembaga pendidikan
sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi
oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan
lainnya. Sehingga tidak semua lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah
terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan masyarakat setempat, apalagi
memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain. Akibat dari kekurangan atau
keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang bersifat
informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk
pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Sasaran yang di fokus
kan di kec larangan :
1. Pendidikan
luar sekolah untuk pemuda
a. Sebab-sebab
timbulnya:
1. Banyak
anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup,
lebih-lebih di negara yang berkembang
2. Mereka
memperoleh pendidikan yang tradisional
3. Mereka
memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4. Mereka dituntut
mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari masyarakatnya
b. Kelompok-kelompok
kegiatan pendidikan Luar Sekolah antara lain:
1. Klub
pemuda
2. Klub-Klub
pemuda tani
3. Kelompok
pergaulan
2. Pendidikan
luar sekolah untuk orang dewasa
a. Pendidikan
ini timbul oleh karena:
1. Orang-orang
dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
2. Orang
dewasa tertarik terhadap keahlian.
b. Dalam
rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1. Kursus-kursus
pendek.
2. In
service-training.
Surat-menyurat.
TUGAS : ISD 1
DOSEN : RAMITA HAPSARI
NAMA : RINO TRI ATMOJO
NPM : 1B115220
KELAS : 5Ka50
http://pls113036atikayuni.blogspot.co.id/2014/01/perkembangan-pnf-di-kec-larangan-kab.html