Jumat, 04 November 2016

PERKEMBANG DAN TEKNOLOGINYA

Perkembangan PNF di Kecamatan larangan kabupaten Brebes jawa tengah





  Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan, kecamatan larangan mempunyai banyak  lembaga pendidikan non formal baik berupa PKBM maupun lembaga kursus. Untuk  penilik PNF sewajarnya mempunyai 3 penilik, tetapi karena keterbatasan sumber daya manusia, sehingga kecamatan larangan hanya memiliki 2 penilik. Salah satu yang saya wawancarai adalah  Bapak Agus imam, lulus dari sekolah pendidikan guru,  berasal dari desa  Ketanggungan, mempunyai tiga anak dan satu istri, beliau mulai bergelut dengan dunia PLS dari tahun 1990. Awal nya pak Agus  sebagai pengajar kaum-kaum terpinggirkan , menurut beliau perjuangan untuk mencerdaskan masyarakat larangan sangat lah sulit, banyak suka dan duka yang dihadapi nya.
   Duka nya adalah kesadaran masyarakat yang pada watu itu belum mementingkan pendidikan, banyak warga yang hanya lulus SD. Untuk  mensukseskan program pemerintah wajib belajar 9 tahun jadi pak agus terus mendorong warga untuk mengikuti program pembelajaran yang di rancang nya. Pak agus pun terkadang  lelah dalam perjalanan menuju lokasi mengajarnya, karena di kecamatan larangan banyak desa-desa terpencil yang sulit di jangkau atau terpelosok, di desa tersebutlah banyak masyarakat yang belum memperoleh pendidikan yang cukup baik. Banyak dari siswa nya yang sudah berumur sehingga butuh kesabaran lebih dalam mengajar, untuk mengajarkan pengetahuan kepada siswanya pak Agus mempunyai beberapa cara khusus diantara nya, memberikan hadiah pada siswanya yang bisa menerima pelajaran dengan baik, Karena dengan hal itu siswanya lebih termotivasi. Dalam memcara tutor pun sangat sulit, jarang orang yang tertarik pada dunia PLS dengan alasan minim penghasilan, jadi terkadang pak Agus menjadi seorang pengajar yang mengetahui banyak hal. Menurut pak Agus dunia yang PLS hanya membutuhkan rasa ikhlas dan kesabaran yang tinggi. Kesabaran akan memunculkan ketulusan, seseorang yang diberi kutulusan akan merasakannya ,  sehingga hal tersebut dapat memudahkan dalam proses mengajak masyarakat untuk belajar dalam rangka memcerdaskan masyarakat.
Suka nya  saat melakukan hal yang berlangsung dalam dunia PLS adalah pak Agus berlatih untuk ikhlas dan sabar,  dari rasa tersebut banyak sekali barokah yang didapatkannya, walau pun dia hanya memperoleh penghasilan yang sedikit dari dunia PLS tetapi rezeki mengalir dengan indahnya, pak Agus tidak pernah merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nya dan keluarga nya. Bahkan anak pertama nya bisa kuliah di UGM jurusan kimia dan ketika lulus langsung mendapat pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, serta anak kedua nya bisa sekolah di SMA yang terbaik di BREBES. Pak Agus meyakini bahwa hal tersebut adalah balasan dari Allah swt karena perbuatannya yang ikhlas membantu masyarakat. Dan disitu lah saya di beri saran beliea untuk ikhlas bergelut dengan masyarakat marginal yang akan dihadap ketika lulus nanti.

1.2   pendidikan  non formal di kecamatan Larangan

Pada awal tahun 2000 pak Agus masuk menjadi pegawai di UPTD kecamatan Larangan sebagai penilik PLS, saat itu hanya ada 3 PAUD dan 5 lembaga, pak Agus sangat kecewa dengan keadaan ini, menurut beliau sangat miris, maka dari itu pak Agus mengajukan beberapa PKBM dan lembaga kursus. Dengan kerja keras akhir nya sampai saat ini sudah ada 20 PAUD dan 5 PKBM, serta semakin banyak lembaga kursus yang sudah berkeembang dengan baik.  Ada  PKBM yang di kelola oleh pak agus sendiri yaitu PKBM melati.
Factor yang mempengaruhi banyak nya PLS di kec Larangan :
a.       Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada masyarakat daerah perkotaan, melainkanmasyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.
b.      Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah
Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencilpun yang mampu memenuhi semua harapan masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain. Akibat dari kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

Sasaran yang di fokus kan di kec larangan :
1.      Pendidikan luar sekolah untuk pemuda
a.       Sebab-sebab timbulnya:
1.      Banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup, lebih-lebih di negara yang berkembang
2.      Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional
3.      Mereka memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4.      Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari masyarakatnya
b.      Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan Luar Sekolah antara lain:
1.      Klub pemuda
2.      Klub-Klub pemuda tani
3.      Kelompok pergaulan
2.      Pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa
a.    Pendidikan ini timbul oleh karena:
1.      Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
2.      Orang dewasa tertarik terhadap keahlian.
b.    Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1.      Kursus-kursus pendek.
2.      In service-training.
Surat-menyurat.



TUGAS    : ISD 1
DOSEN    : RAMITA HAPSARI
NAMA     : RINO TRI ATMOJO
NPM         : 1B115220
KELAS    : 5Ka50









http://pls113036atikayuni.blogspot.co.id/2014/01/perkembangan-pnf-di-kec-larangan-kab.html

Kehidupan Dan tekhnologi Nelayan dikampung Kluwut Kabupaten Brebes


Kehidupan Dan tekhnologi 

Pola Adaptasi Masyarakat Nelayan Terhadap Perubahan Iklim
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki jutaan masyarakat yang hidup di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dari sumberdaya pesisir. Kesejahteraan jutaan masyarakat ini sangat dipengaruhi oleh kelestarian ekosistem pesisir yang rentan akan ancaman dari berbagai faktor, salah satunya adalah perubahan iklim. Berdasarkan perspektif nelayan Kluwut, perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya dampak ekologis berupa perubahan musim ikan dan kekacauan musim angin. Pada kesehatan lingkungan dan pemukiman masyarakat Kluwut, perubahan iklim berdampak pada terganggunya sumber-sumber air serta ancaman angin puting beliung di wilayah pemukiman penduduk. Pada kegiatan perukanan tangkap, perubahan iklim menyebabkan sulitnya menentukan musim penangkapan ikan, sulitnya menentukan lokasi penangkapan ikan, meningkatnya resiko melaut, serta perubahan sistem pengetahuan dan kepercayaan nelayan, peran wanita, serta posisi sosial nelayan.
Terdapat empat pola adaptasi dan strategi ekonomi yang dilakukan oleh nelayan untuk menyelamatkan perekonomian keluarga nelayan yang terkena dampak perubahan iklim. Pertama, adaptasi iklim berupa strategi mengejar musim, yaitu melakukan perpindahan wilayah tangkapan dengan memanfaatkan informasi dari nelayan di berbagai tempat mengenai musim ikan di wilayah lain. Kedua, adaptasi sumberdaya pesisir, yaitu pencarian hasil tangkapan tanpa harus pergi ke laut lepas. Ketiga, adaptasi alokasi sumberdaya manusia dalam rumah tangga berupa optimalisasi tenaga kerja rumah tangga dan pola nafkah ganda.
Optimalisasi tenaga kerja rumah tangga merupakan pelibatan peran dari anggota keluarga dalam perekonomian rumah tangga nelayan, sehingga tidak hanya bergantung dari kepala keluarga. Sedangkan pola nafkah ganda adalah upaya mencari sumber pendapatan lain selain dari hasil melaut. Keempat, adaptasi melalui keluar dari kegiatan perikanan, yaitu meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan dan menekuni pekerjaan lain.
Mata Pencaharian
Sebagian masyarakat kluwut bermata pencaharian sebagai nelayan karena memang desa ini berada dekat dengan pesisir. Bahkan bisa kita lihat pada sungai yang dekat dengan jalan pantura yang dimana jalan pantura tersebut menjadi akses transportasi utama di pulau jawa. Ditengah desa tersebut ada sungai yang menjadi sarana para nelayan untuk pergi melaut dan di sungai itu mereka mendaratkan kapalnya. Disitu dapat kita lihat ada puluhan bahkan ratusan kapal untuk para nelayan mencari ikan di laut.
Tidak hanya sebagai nelayan saja namun ada juga sebagai buruh pabrik pembuat rokok, karena memang tetangga desa kluwut yaitu desa Grinting mempunyai pabrik rokok yang cukup besar. Di Kluwut juga ada pasar yang letaknya persis bersebelahan dengan sungai yan menjadi tempat dimana diparkirkannya semua kapal milik nelayan. Dipasar itu ada juga yang menjual ikan, jadi hasil dari penangkapan ikan di laut di jual di pasar tersebut. Tak hanya penjual ikan, di pasar itu ada juga penjual sayur dan buah-buahan yang di kirimkan dari desa lain.
Ekologi atau Lingkungan
Lingkungan sosial budaya masyarakat nelayan ada pengaruhnya terhadap pengelolaan sumber daya perikanan laut, seperti upacara adat dan sedekah laut sehingga hal tersebut menurut masyarakat perlu dipertahankan. Faktor-faktor sosial budaya masyarakat nelayan yang berpengaruh terhadap pelestarian kemampuan sumber daya perikanan laut antara lain adalah sikap menyatu dengan alam atau pasrah, hal ini menyebabkan perkembangan sumber daya perikanan seimbang dengan pemanfaatan perikanan oleh nelayan yang sebagian besar masih menggunakan alat tangkap tradisional sedangkan apabila menggunakan alat tangkap modern dan sikap ingin memanfaatkan sumber daya perikanan semaksimal mungkin, hal ini mungkin akan menurunkan kemampuan sumber daya perikanan yang ada. Tindakan atau kebijakan Pemerintah Daerah yang dibutuhkan oleh nelayan dan petani kecil guna meningkatkan taraf hidup mereka tanpa merusak kemampuan dan kelestarian sumber daya perikanan dan sumber daya edam lainnya di wilayah pantai adalah melalui izin usaha perikanan yang diberikan kepada para pengusaha. Langkah operasional Pemerintah Daerah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas sumber daya manusia dan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup serta pemahaman nelayan dalam bidang usahanya adalah dilakukan dengan penyuluhan-penyuluhan melalui tenaga lapangan yang ada. Di samping hal tersebut juga para nelayan disarankan untuk masuk menjadi anggota Koperasi Unit Desa Perikanan. Keuntungannya adalah demi kelancaran pemasaran keadaan Paceklik.
Pendidikan Pada Masyarakat Nelayan
Tingkat pendidikan pada masyarakat nelayan kampung Kluwut cukup rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi nelayan tentang pendidikan formal dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam dirinya sendiri maupun faktor yang berasal dari pengaruh pihak luar. Karena persepsi tidak terbentuk begitu saja, dalam pembentukan persepsi seseorang harus menerima satu stimulus atau objek persepsi. Persepsi nelayan tentang pendidikan formal dapat terbentuk diakibatkan informasi yang diperoleh dari lingkungan sekitamya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat nelayan kampung Kluwut berpendidikan rendah antara lain :
1. Penting sekolah, masyarakatnya mempunyai persepsi bahwa sekolah atau pendidikan itu tidak terlalu penting dalam kehidupan karena bagi mereka yang terpenting adalah kerja untuk bertahan hidup. Menurut mereka dengan bersekolah tidak selamanya bisa menjamin kelangsungan kehidupan mereka.
2. Manfaat sekolah, menurut mereka dengan bersekolah itu membuang buang waktu mereka. Lebih baik waktu mereka digunakan untuk bekerja karena dengan begitu mereka mendapatkan banyak uang.
3. Manfaat sekolah tinggi. Ada sebagian yang melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi namun hanya sedikit saja. Karena bagi mereka yang melanjutkan ke perguruan tinggi bisa merubah kehidupan mereka suapaya lebih baik, mapan, dan sejahtera.
4. Biaya pendidikan, biaya pendidikan yang begitu mahal merupakan salah satu alasan utama yang menyebabkan mereka menjadi malas untuk bersekolah. Mereka bernanggapan dengan biaya sekolah yang mahal malah membuat mereka semakin miskin.
5. Peningkatan status sosial melalui pendidikan formal, sebagian yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi beranggapan bahwa dengan pendidikan maka status sosial mereka dalam masyarakat akan meningkat meskipun mereka bukan dari kalangan orang kaya.
Sebagian besar pendidikan masyarakatnya hanya sampai SMA dan yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya sedikit. Karena masyarakatnya beranggapan buat apa sekolah tinggi-tinggi yang pada akhirnya mereka bekerja untuk mencari uang. Ada yang berpikiran bahkan tanpa pendidikanpun mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup sukses.
Orientasi Kehidupan
Sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Brebes, dimana penduduknya mayoritas beragama Islam, diharapkan siap untuk menerima perkembangan di segala bidang terutama perkembangan disektor Perikanan, Peternakan, dan Pertanian.
Nelayan pada kampung nelayan Bandaran ini memulai aktivitasnya ke laut pada malam hari. Berangkat sekitar pukul 7 malam jika air laut pasang yaitu pada bulan Juli-Oktober. Namun waktu-waktu berangkat itu tidaklah merupakan suatu ketentuan. Kadang kala nelayan berangkat lebih sore atau lebih malam, semua tergantung kepada tingginya permukaan air laut dan arah angin yang membantu perahu mereka ke tengah lautan meskipun nelayan telah menggunakan perahu motor.
Ada beberapa tradisi yang sudah melekat pada orang Brebes, begitu pula yang sudah menjadi tradisi masyarakat di kampung Kluwut ini. Antara lain dapat kita lihat dari bahasanya dengan dialek yang sangat khas. Salah satu kebiasaan lain yang patut kita tiru menupakan kebiasaan menabung yang tidak hanya dalam bentuk uang melainkan juga dalam bentuk investasi masa depan misalnya dalam bentuk perhiasan emas dan sebagainya. Biasanya hasil tabungan ini digunakan para elayan untuk memperbanyak jumlah perahunya atau untuk membeli perahu mesin, kadang kala digunakan untuk naik haji yang merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu.
Stratifikasi Nelayan
Lapisan sosial pada nelayan masyarakat kluwut :
1. Lapisan pertama adalah penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan lainnya) dan juga sebagai perantara penjual hasil penangkapan ikan.
2. Lapisan kedua adalah nelayan yang mencari ikan di laut dengan sistem sewa kapal
3. Lapisan ketiga adalah nelayan yang hanya memiliki rumah dan tidak memiliki kapal untuk mencari ikan di laut
4. Lapisan yang keempat adalah buruh nelayan yang tidak memiliki rumah dan tidak memiliki kapal untuk mencari ikan di laut. Mereka hanya meyumbangkan tenaga dan jasa untuk menangkap ikan di laut.
Masuk Dalam Petani Apa
Nelayan di kampung kluwut termasuk kedalam petani ikan. Mengapa demikian? Karena memang sebagian masyarakatnya bernelayan dengan mencari ikan di laut dengan menggunakan kapal. Dan dalam tambaknyapun mereka membudidayakan ikan. Macam-macam dari ikan tersebut ada ikan bandeng, ikan filet, ikan mujaer dan lain-lain.
Keadaan Rumah di sekitar
Brebes terdiri dari dua daerah yaitu daerah pesisir dan daerah pedalaman. Sebagian besar dari masyarakat pesisir bermata pencarian sebagai nelayan. Seiring berjalannya waktu kampung-kampung nelayan tersebut berkembang. Sebagian berkembang mengikuti garis pantai yang kemudian memanfaatkan pantai sebagai tempat tinggal dan membangun perekonomian. Sebagian lain memanfaatkan aliran sungai yang bermuara ke laut sebagai area permukiman. Perkembangan pemukiman yang memanfaatkan sungai inilah yang menjadi objek penelitian yaitu Kampung Kluwut yang terletak di Kabupaten Brebes. Sungai yang berfungsi sebagai jalur transportasi yang kemudian dimanfaatkan juga sebagai tambatan perahu nelayan. Rumah merupakan tempat tinggal yang berfungi untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Bagi nelayan, rumah selain sebagai tempat perlindungan, juga merupakan sarana pendukung aktivitas melaut. Desain rumah nelayan di kampung Kluwut menunjukkan adanya perubahan yang disebabkan adanya pembauran nilai-nilai budaya yang sudah ada. Yang semula arsitekturnya tradisional sekarang meniru arsitektur luar daerah dimana bangunannya telah bersifat permananen. Kampung Kluwut ini merupakan sebuah perkampungan yang mengikuti alur sungai dimana sungai merupakan jalur transportasi bagi nelayan yang akan menghantarkan hasil tangkapannya ke daratan dan kemudian dijual. Di sungai inilah kemudian nelayan menambatkan perahunya. Di sungai itu terdapat puluhan bahkan ratusan kapal milik nelayan.
Pola pemukiman di kampung Kluwut merupakan pola pemukiman morphologi arah daratan karena corak morphologi perumahan nelayan ini bermula dari tepi sungai yang kemudian berkembang ke arah daratan. Sungai menjadi sentral dari alur pemukiman nelayan karena sungai merupakan sesuatu hal yang paling penting dalam jalur transportasi khususnya bagi para nelayan. Kali kluwut merupakan tempat yang strategis sebagai tempat pelabuhan kapal para nelayan karena kali Kluwut berhubungan langsung dengan laut lepas.
Mulai dari perjalanan masuk kampung nelayan Kluwut ini kita dapat menemukan berbagai macam bentuk rumah dimana semakin kita berjalan terus ke dalam arsitekturnya semakin modern baik dari bahan maupun cara pengerjaannya.
Perbedaan yang sangat mencolok pada tipe bangunan hunian ini membuat kita menyadari adanya pengklasifikasian dalam hidup bermasyarakat baik disadari secara langsung maupun 
tidak.


TUGAS    : ISD 1
DOSEN    : RAMITA HAPSARI
NAMA     : RINO TRI ATMOJO
NPM         : 1B115220
KELAS    : 5Ka50





http://blog.unnes.ac.id/putrinovitasari/2015/11/15/kehidupan-nelayan-dikampung-kluwut-kabupaten-brebes/