·
SISTEM (SIM) INFORMASI
MENEJEMEN PADA ATM ( ANJURAN TUNAI MANDIRI )
Sistem
informasi berbasis IT merupakan kebutuhan primer di era modern apa lagi sudah
menjadi kebutuhan yang harus di penuhi pada perusahaan-perusahaan. Dengan
informasi yang begitu banyak, dibutuhkan sistem informasi menejemen yang
terstruktur dengan baik dan diolah dengan profesional. Diperlukan sistem yang
baik dalam mengolah informasi pada suatu organisasi informasi dan bank. Karena
pengolahan informasi sangat mempengaruhi hasil kerja, kemampuan dan efisiensi
perusahaan atau bank. Dengan demikian munculnya menejemen resiko informasi yang
merupakan sesuatu yang harus di hindarkan atau di jaga agar resiko yang
menyebabkan kerugian dapat terhindar. Contohnya adalah keamanan, distribusi,
penyimpanan dan mengelolah informasi.
Keamanan
sistem informasi pada bank merupakan hal yang utama. Dikarenakan informasi
nasabah. Adalah informasi yanh harus dilindungi bank dari penjahat. Apabila
sistem informasi di kuasai oleh penjahat tersebut maka bank akan mengalami
ancaman kebangkrutan serta merugikan nasabah. Pada bank, penjahat/hacker
terdapat sasaran yang dapat mengancam bank dan menjadi sebuah resiko menejemen
resiko, yaitu : data, sistem aplikasi, pengetahuan teknologi, fasilitas yang
dimiliki bank, nasabah..
Data merupakan sasaran utama yang
dimanfaatkan pelaku kejahatan/hacker untuk mendapatkan informasi mengenai
nasabah. Oleh sebab itu pelindungan data sangat di butuhkan oleh bank dengan
cara enkripsi – enkripsi data tersebut.misalnya pada ATM dimana pejahat
melakukan penyadapan nomor PIN dengan cara mengakses data yang sudah disimpan
sebelumnya pada mesin ATM dan sebelum itu melakukan pembobolan terhadap server
yang tersambung dengan komputer mesin ATM,
2) RESIKO SYSTEM APLIKASI
Sistem aplikasi merupakan sistem
software aplikasi yang digunakan oleh bank dalam memberi fasilitas pada
nasabah. Layanan yang dapat dilakukan oleh nasabah adalah transaksi. Disamping
itu aplikasi dalam melayani nasabah. Dibutuhkan pula aplikasi keamanan
data/informasi. Sehingga sistem aplikasi tidak mendapatkan bug/error yang dapat
dimanfaatkan oleh hacker untuk masuk kesistem perbankan tersebut. Dan dapat
mengambil informasi dari bank.
3) RESIKO TEKNOLOGI
Teknologi sangat berpengaruh terhadap
sistem aplikasi komputer yang digunakan oleh bank. Oleh sebab itu diperlukan
teknologi yang dapat memberi keamanan sehingga terhindar dari tindakan
kejahatan. Teknologi yang lama akan mudah dipelajari oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Selain itu dibutuhkan teknologi pendukung seperti kamera dan
mesin ATM yang memiliki sistem keamanan yang baik. selain itu mesin ATM juga
harus sudah mempunyai standar internasional / ISO dan mendapatkan sertifikasi
ISO.
4) RESIKO FASILITAS
Fasilitas yang didapatkan nasabah
sudah dapat bekerja dengan baik. nasabah dapat memahami fasilitas transaksi dan
mengambil uang dengan nyaman. Diperlukan juga teknisi yang handal dalam memberi
pengaturan terhadap fasilitas yang diberi oleh bank.
5) RESIKO NASABAH
-
Pihak bank juga
perlu memberi informasi mengenai cara agar tabungan nasabah tidak di bobol oleh
penjahat. Seperti:
- - Menjaga
kerahasiaan PIN
- - Memperhatikan
Kondisi fisik ATM
- - Menggunakan kartu
ATM pada merchant yang bekerja sama dengan pihak perbangkan.
- - Apabila terjadi
alat yang mencurigakan yang tersambung kepada ATM. Lapor kepada pihak bank.
- - Gunakan ATM yang
aman lokasinya
- - Jangan mudah percaya dengan bantuan orang lain di lokasi sekitar ATM
·
MENJAGA KEAMANAN
SISTEM INFORMASI DENGAN MENERAPKAN PRINSIP PRINSIP MANAJEMEN RESIKO PADA BANK
Keamanan
sistem informasi berbasis IT merupakan suatu yang harus di jaga karena
merupakan asset berharga. Bank dalam mengolah dan menyimpan data akan memberi
ancaman pada kemanan data tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan sistem standart
manajemen keamanan informasi yang baik.
Dengan
demikian dibentuknya peraturan penerapan menejemen resiko bagi bank umum.
Dibentuknya perarturan oleh bank Indonesia. Sehingga dengan dibuatnya peraturan
bank umum yang ada di Indonesia menerapkan prinsip-prinsip manajemen resiko
yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement disebut juga dengan
kesepakata Basel II
Beberapa manajemen resiko yang harus
di jaga adalah resiko oprasional contohnya tidak berfungsinya proses internal
pada bank, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal
yang mempengaruhi bank. Dengan peraturan tersebut mendorong bank umum untuk
menerapkan sistem informasi dengan menganalisa serta mengontrol informasi yang
ada pada sistem aplikasi. Selain menjaga, mengolah dan menganalisis data.
Dibutuhkan juga pengamanan terhadap faktor eksternal yang mempengaruhi bank.
Contoh dari gagalnya sistem keamanan dari bank dengan dibobolnya bank
dikarenakan ketidaksetiaan pegawai bank tersebut, selain itu dengan kegagalan sistem
yang berjalan akan merugikan bank itu sendiri. Oleh sebab itu bank membutuhkan
system kemanan yang memiliki standart internasional.
-
Dalam menerapkan
manajemen resiko pada Bank yang dilakukan bank :
Penerapan manajemen resiko secara umum
Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
Penerapan manajemen resiko secara umum
Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
Dengan
menerapkan manajemen resiko diatas akan mengurangi resiko pada bank.
Selain itu perlu diketahui bagi nasabah dalam menggunakan sistem informasi pada bank dengan cara online terhadap resiko yang didapat. Contohnya seberapa besar keamanan pada saat transaksi menggunakan WIFI. Lalu nasabah perlu mengetahui smartphone yang mudah di bobol oleh hacker, bagian sasaran empuk hacker pada saat mencari sasaran smartphone, dll dengan demikian dapat dihindarkan kejadian merugikan pihak bank maupun nasabah dalam transaksi.
Selain itu perlu diketahui bagi nasabah dalam menggunakan sistem informasi pada bank dengan cara online terhadap resiko yang didapat. Contohnya seberapa besar keamanan pada saat transaksi menggunakan WIFI. Lalu nasabah perlu mengetahui smartphone yang mudah di bobol oleh hacker, bagian sasaran empuk hacker pada saat mencari sasaran smartphone, dll dengan demikian dapat dihindarkan kejadian merugikan pihak bank maupun nasabah dalam transaksi.
·
BERIKUT CONTOH
KASUS
Permasalahan
dunia perbankan
Keamanan data/informasi elektronik menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas TI dan menempatkannya sebagai infrastruktur penting. Sebab data/informasi adalah aset bagi perusahaan tersebut. Keamanan data/informasi secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertahankan kelangsungan bisnis, mengurangi resiko, mengoptimalkan return of investment dan bahkan memberikan peluang bisnis semakin besar. Semakin banyak informasi perusahaan yang disimpan, dikelola dan digunakan secara bersama, akan semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan, kehilangan atau tereksposnya data/informasi ke pihak lain yang tidak berhak. Ancaman dan resiko yang ditimbulkan akibat kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan data/informasi menjadi alasan disusunnya standar system manajemen keamanan informasi.
Keamanan data/informasi elektronik menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas TI dan menempatkannya sebagai infrastruktur penting. Sebab data/informasi adalah aset bagi perusahaan tersebut. Keamanan data/informasi secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertahankan kelangsungan bisnis, mengurangi resiko, mengoptimalkan return of investment dan bahkan memberikan peluang bisnis semakin besar. Semakin banyak informasi perusahaan yang disimpan, dikelola dan digunakan secara bersama, akan semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan, kehilangan atau tereksposnya data/informasi ke pihak lain yang tidak berhak. Ancaman dan resiko yang ditimbulkan akibat kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan data/informasi menjadi alasan disusunnya standar system manajemen keamanan informasi.
Maka
dari itu Bank Indonesia mengeluarkan peraturan penerapan manajemen resiko bagi
bank umum. Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah agar Bank umum di
Indonesia menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang sejalan dengan
rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement yang
dikenal dengan kesepakatan Basel II.
Secara formal, seperti yang tertulis pada penjelasan peraturan Bank Indonesia, resiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sehingga jelas risiko yang disebabkan oleh kegagalan sistem pengamanan informasi termasuk dalam risiko operasional. Penerapan peraturan BI merupakan tantangan tersendiri bagi bank umum di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan manajemen pengamanan sistem informasi. Pertama belum banyak bank yang melakukan analisa resiko dalam pengadaan kontrol sistem keamanan informasi, kedua belum banyak manajemen senior yang terlibat dalam tugas pengamanan sistem informasi, ketiga ketidak siapan sistem pengawasan intern (internal audit) dalam melakukan pengawasan terhadap teknologi informasi secara umum maupun kontrol sistem pengamanan secara khusus.
Ada beberapa kejadian kriminalitas di dunia perbankan ini yang dsebabkan oleh kesalahan system pengamanan sampai ketidak setiaan pegawai terhadap peusahaan tersebut. Contohnya dengan kejadian bobolnya kas bank danamon yang diperkirakan oleh ulah orang dalam sendiri yang melibatkan bebrapa dari pihak luar bank. Kas tersebut tidak disetor tapi tercatat dalam pembukuan. Satu hal lagi yang harus digaris bawahi kurangnya pengamanan dari system kartu kredit dan kurangnya pengawasan dari bank sentral dan bank itu sendiri. Hal ini sudah menjadi banyak perbincangan masyarakat luas yang ketakutan akan memakai kartu kredit lagi. Contoh lainnya yang terjadi pada Bank Danamon ini adalah bobolnya kartu kredit salah satu nasabah, yang diperkirakan ini ulah pegawai dalam bank lagi yang pastinya mereka tau system informasi yang dipake oleh system kartu kredit ini.
Beberepa orang berpendapat tentang kurangnya pengamanan bank danamon ini contohnya dalam pengunaan kartu kredit dalam jumlah besar yang pengamananya tidak ketat sehingga membahayakan para pemakai kartu kredit dan pengamanan terhadap transaksi online. Bank Danamon seharusnya melakukan pengawasan ketat contohnya dengan melakukan pengawasa.
Secara formal, seperti yang tertulis pada penjelasan peraturan Bank Indonesia, resiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sehingga jelas risiko yang disebabkan oleh kegagalan sistem pengamanan informasi termasuk dalam risiko operasional. Penerapan peraturan BI merupakan tantangan tersendiri bagi bank umum di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan manajemen pengamanan sistem informasi. Pertama belum banyak bank yang melakukan analisa resiko dalam pengadaan kontrol sistem keamanan informasi, kedua belum banyak manajemen senior yang terlibat dalam tugas pengamanan sistem informasi, ketiga ketidak siapan sistem pengawasan intern (internal audit) dalam melakukan pengawasan terhadap teknologi informasi secara umum maupun kontrol sistem pengamanan secara khusus.
Ada beberapa kejadian kriminalitas di dunia perbankan ini yang dsebabkan oleh kesalahan system pengamanan sampai ketidak setiaan pegawai terhadap peusahaan tersebut. Contohnya dengan kejadian bobolnya kas bank danamon yang diperkirakan oleh ulah orang dalam sendiri yang melibatkan bebrapa dari pihak luar bank. Kas tersebut tidak disetor tapi tercatat dalam pembukuan. Satu hal lagi yang harus digaris bawahi kurangnya pengamanan dari system kartu kredit dan kurangnya pengawasan dari bank sentral dan bank itu sendiri. Hal ini sudah menjadi banyak perbincangan masyarakat luas yang ketakutan akan memakai kartu kredit lagi. Contoh lainnya yang terjadi pada Bank Danamon ini adalah bobolnya kartu kredit salah satu nasabah, yang diperkirakan ini ulah pegawai dalam bank lagi yang pastinya mereka tau system informasi yang dipake oleh system kartu kredit ini.
Beberepa orang berpendapat tentang kurangnya pengamanan bank danamon ini contohnya dalam pengunaan kartu kredit dalam jumlah besar yang pengamananya tidak ketat sehingga membahayakan para pemakai kartu kredit dan pengamanan terhadap transaksi online. Bank Danamon seharusnya melakukan pengawasan ketat contohnya dengan melakukan pengawasa.
Kesimpulan :
sistem (sim) informasi menejemen pada atm ( anjuran tunai
mandiri ) Diperlukan sistem yang baik dalam
mengolah informasi pada suatu organisasi informasi dan bank. Karena pengolahan
informasi sangat mempengaruhi hasil kerja, kemampuan dan efisiensi perusahaan
atau bank. Dengan demikian munculnya menejemen resiko informasi yang merupakan
sesuatu yang harus di hindarkan atau di jaga agar resiko yang menyebabkan
kerugian dapat terhindar.
Dan juga SIM pada anjuran tunai mandiri penting dalam
kehidupan masyarakat penting juga dalam membantu masyarakat dalam menghadapi
krisis suatu ekomomi yang terjadi di keluarga masyarakat indonesia
Di bawah ini
adalah resiko yang terjadi pada ATM
-
RESIKO DATA
Data
merupakan sasaran utama yang dimanfaatkan pelaku kejahatan/hacker untuk
mendapatkan informasi mengenai nasabah. Oleh sebab itu pelindungan data sangat
di butuhkan oleh bank dengan cara enkripsi – enkripsi data tersebut.
-
RESIKO SYSTEM
APLIKASI
-
RESIKO TEKNOLOGI
Tehnologoy
komputer ini sangat berpengaruh dalam bekerja untuk membatu pengguna dalam
menjalankan tugasnya, selain dengan adanya computer,dan juga dibutuhkan
teknologi pendukung seperti kamera dan mesin ATM yang memiliki sistem keamanan
yang bai RESIKO FASILITAS
-
RESIKO NASABAH
A). Keamanan
sistem informasi berbasis IT merupakan suatu yang harus di jaga karena
merupakan asset berharga, Dalam menerapkan manajemen resiko pada Bank yang
dilakukan bank :
- Penerapan manajemen resiko secara umum
- Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
- Penerapan manajemen resiko secara umum
- Penerapan manajemen resiko secara aktivitas
Intinya adalah system informasi manajemen pada
anjuran tunai mandiri, suatu informasi untuk mengetahui pengguna ATM dalam
menabung uang untuk mengetahui data-data yang akan di masukan ke dalam BANK.